http://microsite.tabloid-nakita.com/blogcompetition/

Senin, 16 Desember 2013

“Help me”

Mungkin ada beberapa momy yang mengalami hal sama seperti saya. Ibunya pulang dengan sedikit tenaga yang diniatkan untuk nemenin anak-anak bermain itu pun nyambi nyuci baju yang sudah menggunung. Belum lagi cucian piring pagi tadi yang tidak sempat di bersihkan saat menyiapkan sarapan.
Sementara anak-anak aktif bermain dengan tenaga yang kian malam kian full, entah kapan mereka sempat me re-charge energinya. “Help me!” teriak saya. Supaya kegiatan ngasuh dan beres-beres berjalan lancar, biasanya saya meminta bantuan ayahnya dan pengasuh setia TV Chanel khusus anak-anak. Maklum TV lokal sekarang perlu bimbingan orang tua yang artinya saya juga harus ikut stand by depan tv.
Namun ternyata berlama-lama di depan televisi tidak baik bagi konsentrasi anak meskipun tayangan yang disuguhkan sangat edukatif. Konon katanya interaksi yang maksimal harus terjadi dua arah sementara televisi hanya terjadi satu arah. Huft… Tarik nafas dalam-dalam ubah gaya parenting lagi.
Kemudian atur strategi ijinkan anak-anak bermain dengan benda yang mereka inginkan tanpa mengabaikan ke amanan lingkungan. Biarkan naluri mereka berekplor walaupun bikin kepala cenat cenut melihat seisi rumah bertebaran dimana-mana. Tapi cukup membuat kakak adik ini mengabaikan acara televisi yang tetap menyala sejak kami datang.
 Butuh trik agar tv yang menyala dimatikan secara suka rela tanpa diprotes. Biasanya kedua anak saya akan mengikuti apa yang di lakukan kedua orang tuanya. Ngintil di belakang ibu atau ayahnya. Pun saat saya beres-beres.
“Boleh Nazwa bantu?”, seru kakak.
Di tambah adik yang kepo (kata anak muda jaman sekarang) pada kakak. Padahal tak ada satu pekerjaan rumah yang benar-benar mereka bantu, alasan yang selalu di lontarkan hanya untuk sekedar bisa main air ketika sedang mencuci piring atau ngobok-ngobok air sabun pada mesin cuci.
Nah.. biasanya saya ambil buku cerita “siapa yang mau di bacaain buku cerita?”,ajak saya. Nazwa (6 tahun) dan Nizar (2 tahun) sangat senang jika di bacakan buku cerita. Walaupun kakak sudah bisa baca tulis namun baginya dibaca kan lebih seru. Menurutnya dapat membayangkan dan merasakan kondisi yang ada dalam cerita jika dibacakan. Perlahan saya meminta anak-anak mematikan televisi, dengan senang hati televisi di matikan.
Ternyata mengubah kebiasaan itu tidak mudah, meskipun awalnya mendapat perlawanan dari anak dan ayahnya namun dengan memberi sedikit pengertian dan konsisten menjalankannya kita pasti bisa. Anak-anak bukan hanya perlu di ajari tapi mereka juga tempat kita belajar. Belajar bersabar, barsabar menanti ibu dan ayahnya pulang untuk bermain. Belajar berpikir dan berbuat positif karena anak kita tidak di karuniai rasa putus asa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar