Ada
Apa Pemimpin-Pemimpin Kecil Ku?
“Boleh Nazwa pinjem
kardusnya bu?”, Pinta kakak putri sulung saya. Ketika melihat ibunya sedang
mencoba mesin cuci yang baru saja di beli. Kardusnya besar tapi lebih besar
lagi ide yang ada di balik tubuh mungil mereka. Nampaknya tak jadi masalah jika
kita tidak membelikan mainan, anak-anak akan bermain dengan benda yang di
temukan. “Tentu Boleh.” , Jawabku. Lalu dengan semangat diseretnya kardus yang
lebih besar dari ukuran tubuhya itu.
“Nizarrrr, Cariin..”
teriak kakak memanggil adikya (2 tahun), Disisirnya tempat-tempat persembunyian yang biasa. Nizar menatap kami
berdua dengan wajah polosnya, lalu bertanya “kakak, ana?”, begitu celotehnya
yang belum fasih berbicara saat kesulitan mencari dimana kakaknya bersembunyi.
“Nizarrr.. cariiin..”, teriak kakak sekali lagi. Penuh antusias Nizar mencari
sumber suara kakak, Sorak gembira pecah saat Nizar menemukan tempat
persembunyian baru kakaknya.
Secepat roller coaster ide-ide lain bermunculan,
di ambilnya bantal dan boneka tak lupa
peralatan masak-masakan pun ikut masuk dalam kardus. Di tatanya mainan-mainan
hingga nampak seperti rumah mini, sekali lagi saya dan ayahnya terkagum-kagum
melihat betapa besarnya potensi anak kami. “boleh gak Nazwa membuat pintu
disini dan jendela disini?”, sambil menunjuk bagian yang ingin dibuatkan pintu
dan jendela. Sim salabim.. di bantu ayahnya kardus bekas di sulapnya jadi rumah
miniartur meskipun tidak tampak seindah rumah miniartur yang asli ataupun rumah
barbie. Tapi sudah cukup membuat anak-anak sibuk. Rumah kardus itu tak luput
dari ulasan cat warna dan coretan tinta.
Belum puas bermain
dengan rumah miniartur buatan kakak, imaginasi Nizar tak kalah hebatnya dengan
kakak. Di ambilnya puzzle matras
alphabet lalu disusunya menyerupai jalanan lengkap dengan gunung besar yang
dibuat dari tumpukan bantal besar. Bagi anak laki-laki jika belum ada
mobil-mobilan sepertinya belum sempurna, di carinya troli mainan dan di
dorongnya sesuai trek yg sudah dibuatnya sebagai jalanan. Terdengar suara “
brem..brem..ngenggggg, tid..tid..” dari mulut kecilnya.Terkadang tak habis
pikir sebesar apakah energinya?, setelah
seharian bermain masih saja muncul ide. Rasanya semakin malam semakin full energinya.
ngenggggg....,, dit..dit..... |
Yaaah.. dunia anak
adalah dunia bermain, saya dan ayahnya sepakat untuk memberikan kebebasan bermain
sebagai media belajar. Meskipun pada
kenyataannya tidak mudah melihat kondisi rumah yang tidak bisa rapi atau
melihat adik dengan rasa ingin tahu
selalu membongkar mainan-mainan
barunya. Belum lagi kondisi kami yang lelah setelah seharian bekerja ikut
mempengaruhi mood saat berinteraksi dengan si kecil. Kalau saja tidak
mempengaruhi kretifitasnya mungkin sudah kami larang. Tapi demi tumbuh kembang
yang optimal kami selalu berusaha yang terbaik, jika kondisi sudah benar-benar
tidak dapat di kendalikan biasanya saya ajak bicara layaknya seorang teman
tentu dengan bahasa yang mudah mereka mengerti. Atau meyakinkan diri bahwa anak-anak saja mau
bersabar menanti kedua orang tuanya pulang untuk bermain atau berbagi cerita
semua yang dialaminya selama kami tinggal, mengapa saya tidak?..
Anak-anak bukanlah
manusia dalam bentuk mini, mereka juga punya pendapat yang patut kita hargai. Saya
berusaha menjadi pendengar tanpa harus
berkomentar biarkan anak-anak memutuskan apa yang harus dilakukan ketika
senang, sedih bahkan marah. Saya hanya membantunya mengenali perasaanya dan
menasehatinya dengan contoh supaya mereka dapat memimpin dirinya sendiri.Tapi saya
hanya seorang ibu yang terus belajar untuk menjadi tempat mereka bersandar sampai
dapat berdiri sendiri, walau terkadang masih terbawa pola asuh turun temurun.
Tulisan ini diikutkan
dalam lomba penulisan artikel "Peran Ibu Untuk si Pemimpin Kecil"
yang diselenggarakan oleh http://nutrisiuntukbangsa.org/