http://microsite.tabloid-nakita.com/blogcompetition/

Senin, 21 Oktober 2013


Ada Apa Pemimpin-Pemimpin Kecil Ku?

“Boleh Nazwa pinjem kardusnya bu?”, Pinta kakak putri sulung saya. Ketika melihat ibunya sedang mencoba mesin cuci yang baru saja di beli. Kardusnya besar tapi lebih besar lagi ide yang ada di balik tubuh mungil mereka. Nampaknya tak jadi masalah jika kita tidak membelikan mainan, anak-anak akan bermain dengan benda yang di temukan. “Tentu Boleh.” , Jawabku. Lalu dengan semangat diseretnya kardus yang lebih besar dari ukuran tubuhya itu.

“Nizarrrr, Cariin..” teriak kakak memanggil adikya (2 tahun), Disisirnya tempat-tempat  persembunyian yang biasa. Nizar menatap kami berdua dengan wajah polosnya, lalu bertanya “kakak, ana?”, begitu celotehnya yang belum fasih berbicara saat kesulitan mencari dimana kakaknya bersembunyi. “Nizarrr.. cariiin..”, teriak kakak sekali lagi. Penuh antusias Nizar mencari sumber suara kakak, Sorak gembira pecah saat Nizar menemukan tempat persembunyian baru kakaknya.

Secepat roller coaster ide-ide lain bermunculan, di ambilnya bantal dan boneka  tak lupa peralatan masak-masakan pun ikut masuk dalam kardus. Di tatanya mainan-mainan hingga nampak seperti rumah mini, sekali lagi saya dan ayahnya terkagum-kagum melihat betapa besarnya potensi anak kami. “boleh gak Nazwa membuat pintu disini dan jendela disini?”, sambil menunjuk bagian yang ingin dibuatkan pintu dan jendela. Sim salabim.. di bantu ayahnya kardus bekas di sulapnya jadi rumah miniartur meskipun tidak tampak seindah rumah miniartur yang asli ataupun rumah barbie. Tapi sudah cukup membuat anak-anak sibuk. Rumah kardus itu tak luput dari ulasan cat warna dan coretan tinta.
 
Apalagi yang kurang ya?...
Belum puas bermain dengan rumah miniartur buatan kakak, imaginasi Nizar tak kalah hebatnya dengan kakak. Di ambilnya puzzle matras alphabet lalu disusunya menyerupai jalanan lengkap dengan gunung besar yang dibuat dari tumpukan bantal besar. Bagi anak laki-laki jika belum ada mobil-mobilan sepertinya belum sempurna, di carinya troli mainan dan di dorongnya sesuai trek yg sudah dibuatnya sebagai jalanan. Terdengar suara “ brem..brem..ngenggggg, tid..tid..” dari mulut kecilnya.Terkadang tak habis pikir sebesar apakah energinya?,  setelah seharian bermain masih saja muncul ide. Rasanya semakin malam semakin full energinya.


ngenggggg....,, dit..dit.....

Yaaah.. dunia anak adalah dunia bermain, saya dan ayahnya sepakat untuk memberikan kebebasan bermain sebagai  media belajar. Meskipun pada kenyataannya tidak mudah melihat kondisi rumah yang tidak bisa rapi atau melihat adik dengan rasa ingin tahu  selalu membongkar mainan-mainan  barunya. Belum lagi kondisi kami yang lelah setelah seharian bekerja ikut mempengaruhi mood saat berinteraksi dengan si kecil. Kalau saja tidak mempengaruhi kretifitasnya mungkin sudah kami larang. Tapi demi tumbuh kembang yang optimal kami selalu berusaha yang terbaik, jika kondisi sudah benar-benar tidak dapat di kendalikan biasanya saya ajak bicara layaknya seorang teman tentu dengan bahasa yang mudah mereka mengerti. Atau  meyakinkan diri bahwa anak-anak saja mau bersabar menanti kedua orang tuanya pulang untuk bermain atau berbagi cerita semua yang dialaminya selama kami tinggal, mengapa saya tidak?..
 
"ayo de, kakak ajarin naik otopet"
Anak-anak bukanlah manusia dalam bentuk mini, mereka juga punya pendapat yang patut kita hargai. Saya berusaha menjadi pendengar tanpa  harus berkomentar biarkan anak-anak memutuskan apa yang harus dilakukan ketika senang, sedih bahkan marah. Saya hanya membantunya mengenali perasaanya dan menasehatinya dengan contoh supaya mereka dapat memimpin dirinya sendiri.Tapi saya hanya seorang ibu yang terus belajar  untuk menjadi tempat mereka bersandar sampai dapat berdiri sendiri, walau terkadang masih terbawa pola asuh  turun temurun. 



Tulisan ini diikutkan dalam lomba penulisan artikel "Peran Ibu Untuk si Pemimpin Kecil" yang diselenggarakan oleh http://nutrisiuntukbangsa.org/